Thursday, February 25, 2010

“From Nothing, To Be Something”


Class fiqh mawarith dan tartil batal. Tak terhinggalah rasa seronoknya hati penulis waktu itu. Al maklumlah, hari itu penulis rasa agak kepenatan sedikit. Balik rumah ingat nak tido tp lain yang jadi. Itulah kehidupan, sesuatu yg kita tidak rancang yang kita lakukan walaupun pada asalnya kita dah merancang untuk melakukan sesuatu yang lain.

Penulis mengadap laptop dan ketika itu alhamdulillah idea yang mencurah-curah datang untuk mengarahkan pena ini menulis lagi. Kali ini ia mengfokuskan untuk berbicara tentang “KUPU-KUPU”! Kenapa mesti tentang kupu-kupu??? Ini kerana penulis teruja untuk mengaitkan antara kupu-kupu dengan kehidupan ini sendiri. Lagipun binatang yang bernama kupu-kupu ini mempunyai nilai tersendiri dalam diri penulis. Jom kita terjah apa kah ia!!!

Seekor kupu-kupu cantik baru bisa terbang dengan cantik setelah melalui sebuah perjuangan yang cukup berat dan dilakukan dengan sungguh-sungguh dalam sebuah metamorfosis yang luar biasa. Bermula dari ulat, kepompong kemudian secara perlahan-lahan ulat berusaha dengan sekuat tenaga keluar dari lubang kecil. Melalui lubang kecil itu, sayap kupu-kupu mulai terbang sempurna. Ia dapat terbang dan memperolehi kebebasannya. Tanpa disedari, ulat yang tadi telah menjadi seekor kupu-kupu cantik sesuai dengan warnanya.

Layaknya kupu-kupu, manusia tidak hanya sekadar mengikuti siklus kehidupan yang telah ada. Maknanya di sini, manusia harus dapat mengambil titik baik dalam sebuah kehidupan untuk berubah menjadi ke arah yang lebih baik dan sempurna. Dalam metamorfosa, manusia diberi kebebasan oleh Tuhan untuk memilih, apakah manusia akan memilih untuk menjadi seorang yang (pendosa) atau menjadi takwa? Tuhan telah mendorong manusia untuk membersihkan jiwanya agar mendapat keberuntungan di dunia dan di akhirat. Dalam hidup ini banyak sekali pilihan, jika kita ingin menjadi takwa, maka kita harus bijak memanfaatkan potensi yang diberikan Tuhan kepada kita.

Perjalanan hidup manusia dari zaman pertengahan remaja hingga menginjak ke zaman akhir remaja adalah gerbang menuju kedewasaan. Di masa ini manusia digembleng menjadi seorang yang berpribadi yang kuat dan baik samada memalui pendidikan formal ataupun pendidikan non formal. Selain kegiatan akademik, kegiantan non akademik juga membantu membentuk karakter yang matang, dewasa dan bersiap sedia menghadapi mehnah dan cabaran hidup ini. Tidak hanya sekadar tahu menikmati masa muda. Kita diharapkan bisa memanfaatkan masa muda dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Jadikan masa muda yang sedang dijalani bisa bererti bagi diri sendiri mahupun orang lain, sehingga kita menjadi to be something. Kita harus menyedari bahawa proses yang sedang kita jalani ini merupakan proses metamorfosa. Kesabaran dan sikap berhati-hati sangat diperlukan pada peringkat proses ini agar menjadi manusia yang seutuhnya (insanul kamil). Kita harus mempersiapkan planning dalam hidup untuk menghadapi hari esok. Jika ada seseorang yang masih bersikap dengan ikut-ikutan semata-mata (belum bisa menentukan sikap) bagi menghadapi pergolakkan dunia yang begitu bebas, saya katakan bahawa manusia tersebuat gagal melalui proses metamorfosa. Metamorfosa bukan sekadar kata, tetapi memerlukan tindakan dan motivasi yang kuat untuk melewatinya. Memerlukan tahap-tahap perjuangan yang berat sehingga ia memiliki sesuatu yang memadai. Tuhan menjelaskan dalam Al-Qur’an bahwa manusia masih harus berjuang untuk menyempurnakan dirinya.

“Dan jiwa serta penyempurnaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketaqwaannya. Sesengguhnya beruntunglah orang yang mensucikannya." (Q.S Asy-Syams: 7-10)

Manusia bebas menentukan sikap, tetapi bukan bererti sebebas-bebasnya tanpa ada aturan dan batasannya. Di sana harus ada aturan yang harus dipenuhi. Ada beberapa hal yang perlu disedari oleh manusia yang sedang melakukan metamorfosa:

1. Menetapkan Tujuan Hidup

Sebagai makhluk ciptaan Tuhan hendaklah kita menyedari tujuan hidup yang sedang dijalani. Mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat serta memperoleh redha-Nya adalah dambaan setiap manusia. Ke mana arah yang dituju haruslah jelas. Bisa penulis analogikan bahawa jalan yang lurus adalah jalan yang terdekat untuk memperolehi kebahagiaan dan penyempurnaan. Maka jelaslah di sini, bahawa Tuhan adalah tujuan utama dan akhir bagi setiap manusia.

2. Temukan Jalannya

Untuk mencapai tujuan hidup yang dimaksudkan, manusia hendaklah menyiapkan alat untuk membantu apa yang di inginkan itu menjadi realiti. Lingkungan tidak memaksa kita untuk harus seperti bagaimana dan menjadi apa kah kita ini. Kita sendiri yang akan menentukan siapa diri kita. Selain teman yang bisa membantu menemukan jalan, kita harus berusaha melalui tahap metamorfosa secara sendiri sehingga hasil yang diharapkan bisa optimal. Mulailah berazam dengan mencuba menjadi kupu-kupu yang cantik yang disenangi banyak orang, mencari jalan yang diredhai-Nya dengan melaksanakan ajaran Al-Qur’an dan sunnah rasul-Nya.

3. Beramal
Melakukan amal dengan mengoptimalkan semua potensi yang dimiliki sebagai manusia ciptaan Tuhan, sehingga kita bisa menjadi to be something yang diharapkan sejak awal. Amalan yang dilakukan tidak serta-merta menjadikan kita manusia yang hebat, malah ada tahap-tahap yang mesti kita lalui. Selangkah demi selangkah menjejaki jalan yang penuh berliku. Dengan mengoptimalkan potensi yang ada, maka akan tercipta pribadi yang seutuhnya. Manusia tidak boleh membiarkan dirinya terjerumus kepada pendustaan. Kita hendaklah senantiasa membekalkan diri dengan elemen ilahiyyah (ketuhanan) yang menjadikan kita meraih hidup yang barokah.

Dengan semboyan “Aku pikir, Aku rasa, maka Aku bisa”. Yakinlah, bahawa diri kita akan menjadi manusia yang utuh tanpa membenarkan diri kita terumbang-ambing oleh arus.

Menjadi seorang aktivis akan melatih kita untuk menghadapi kegagalan hidup, pengalaman demi pengalaman bisa didapatkan di dalamnya. Proses pendidikan baik formal mahupun non formal sanggat membantu membentuk karakter. Siapapun yang sedang menjalanai proses metamorfosa dengan manjadi mahasiswa hendaklah memanfaatkan waktunya dengan seoptimal yang mungkin. Gunakan kesempatan “study” ini di samping jua aktif dalam organisasi kerna aktif dalam organisasi bisa melatih kita menjadi manusia dewasa baik dari segi kognitifnya mahupun psikomotor.

Melalui proses metamorfosa, menyedarkan kita adanya hikmah di sebalik sebuah proses itu. Kupu-kupu tidak menyesal melewati proses yang begitu rumit dan melelahkan seperti itu. Melalui proses ini kita belajar dan mengambil iktibar bahawa kita tidak akan mudah menyerah kalah menghadapi cubaan serumit apapun.Kita relatekan dalam perjuangan kampus sesukar mana sekalipun cubaannya, aktivis tetap akan istiqomah dalam perjuangan tersebut.

Kupu-kupu yang cantik dan indah itu tentunya akan berusaha untuk menjadi to be something.

0 comments:

Post a Comment

 

Copyright © Pena Murobbi..... Sponsored by: Website Templates | Premium Themes. Distributed by: blog template by BloggerThemes